Batu Kajang…
Pertama kali mendengar nama daerah ini, saat diajak oleh salah seorang tanteku yang tinggal di Giri Mukti, Penajam Paser Utara untuk berlibur sekalian mengunjungi keluarga yang tinggal di sana.
Pertama kali mendengar nama daerah ini, saat diajak oleh salah seorang tanteku yang tinggal di Giri Mukti, Penajam Paser Utara untuk berlibur sekalian mengunjungi keluarga yang tinggal di sana.
Terletak di Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Perjalanan kesana cukup melelahkan, apalagi ditempuh dengan menggunakan sepeda motor selama 5 jam, serasa baut-baut tulang belakang sudah pada lepas. Sebenarnya waktu tempuhnya hanya sekitar 3 jam, berhubung waktu itu hujan deras dan banyak jalanan yang rusak parah, jadi deh waktu tempuhnya bertambah. Apalagi si tante selalu protes kalau bawa motor sambil ngebut, “jangan laju-laju” (red: jangan ngebut) katanya sambil mencubit punggungku. Setelah itu, aku pasti menurunkan kecepatan dan beberapa menit kemudian kembali ngebut sampai cubitan selanjutnya mendarat di punggung. Begitulah seterusnya sampai tiba di Batu Kajang.
Sebenarnya rute dari Balikpapan kesana lumayan mudah. Dari Balikpapan cukup menyeberang menggunakan speedboat atau klotok menuju Penajam. Bisa diakses dari Pelabuhan Rakyat Kampung Baru atau Pelabuhan Semayang. Setelah sampai di pelabuhan penajam cukup mengikuti arah jalan poros menuju Banjarmamsin. Sewaktu sampai di pelabuhan, ternyata banyak mobil angkutan yang menawarkan untuk langsung berangkat ke Batu Kajang. Aku sempat berpikir, bukankah hanya sebuah desa kecil diperbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, tapi kenapa banyak mobil angkutan kesana ya?
Ternyata benar, kami salah pilih jalan. Benar kata orang “sok” bijak, “jangan pernah salah pilih, sekalipun itu cuma sekedar jalan”, beda-beda tipislah sama jodoh…ehhh *gagalpaham. Tentu saja kami segera berbalik setelah sadar bahwa kami salah jalan dan tak hentinya menertawakan kebodohan ini di sepanjang sisa jalan menuju ke sana. Kadang kita harus belajar menertawakan diri karena mungkin dengan cara itu kita bisa menyadari bahwa kita adalah makhluk tidak sempurna.
Tidak seperti desa-desa yang kulalui sebelumnya, hampir semua rumah disini tersusun dari batu bata dan tampak berdempetan satu sama lain, layaknya rumah di kota-kota besar. Aku sempat melewati masjid terbesar di Batu Kajang, kebetulan hari itu hari jumat, mobil-mobil dobel gardan tampak mendominasi di parkiran dan jalanan di sekitarnya. Orang-orang yang kutemui kebanyakan laki-laki memakai baju lapangan, safety shoes dan helm proyek. “Sepertinya ini bukan desa biasa”, pikirku. Ternyata dugaanku benar, “Selamat datang di desa pekerja batu bara”, dikelilingi oleh beberapa perusahaan tambang batu bara membuat desa ini tampak lebih ramai dari desa disekitarnya.
Sore harinya, aku dan tanteku melanjutkan berkeliling Batu Kajang setelah sempat beristirahat di rumah keluarga yang bekerja di sana. Bus-bus yang mengangkut pekerja tambang batu bara mendominasi jalanan, mengantarkan para pekerja tersebut dari perusahaan tambang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat keramaian ke rumah atau mess perusahaan. Setiap kali bus menepi ke sisi jalan, setiap itu pula ada pekerja tambang yang turun dari bus.
Kami sempat berkeliling sampai ke pintu gerbang perusahaan tambang terbesar disana dan ternyata dari sana tidak ada jalan lain lagi kecuali putar balik. Berhubung dari jauh, security dan pekerja tambang yang nongkrong sambil menunggu bus jemputan sudah mengarahkan matanya ke kami dan kami pun juga sudah terlanjur malu untuk putar balik arah, akhirnya aku dan tanteku pura-pura mengambil arah jalan yang bertuliskan “tempat pembuangan sampah perusahaan”. Ternyata ada tanda larang dan kami tidak melihatnya. Kami baru sadar karena setiap mobil perusahaan yang lalu lalang di sana, pasti membunyikan klaksonnya ke arah kami. Maksud hati mencari jalan lain agar tidak malu, malah sekarang jadi malu dua kali. Akhirnya kami putar balik lagi ke jalan semula, daripada nanti malu-maluin lagi.
Hari kedua…
Pagi hari memang nikmat untuk menyelesaikan bacaan yang semalam tertunda sambil ditemani teh hangat dan setoples “astor” strawberry. Itulah salah satu caraku menikmati pagi setiap kali libur kerja, “bermalas-malasan”, selain menuntaskan cucian yang menumpuk.
Berkunjung ke daerah baru rasanya kurang lengkap tanpa menikmati tempat wisata andalan dan jadilah hari itu kami ke Goa Tengkorak, letaknya masih di Batu Kajang. Rutenya gampang aja, kalau dari arah Balikpapan, belok kanan sebelum Masjid Besar Batu Kajang. Papan petunjuknya juga sudah ada, jadi kali ini kami tenang-tenang saja karena tidak akan tersesat lagi seperti hari sebelumnya. Ekspektasiku kali ini akan Goa Tengkorak agak berlebihan. Ternyata cuma mulut gua di dinding batu kapur dan terdapat tengkorak di dalamnya. Konon katanya, tengkorak tersebut sudah ada sejak pertama kali mulut gua itu ditemukan dan usianya kemungkinan sudah ratusan tahun.
Untuk menambah daya tarik tempat wisata tersebut, pihak pengelola membangun sarana-prasarana tambahan seperti kolam berenang untuk anak-anak dan dewasa, pusat pertokoan dan kuliner, serta kolam “bebek-bebek”, tapi tetap saja tempat ini jauh dari kata ramai. Daerah wisata ini juga dilalui sungai yang kemungkinan hilirnya berasal dari daerah karst (batuan kapur, biasa digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan semen) di Pegunungan Merabu yang letaknya tidak jauh dari tempat ini.
Ada satu hal yang membuatku tertarik, sepanjang jalan dari arah belokan Masjid Besar Batu Kajang, kami sudah disuguhi pemandangan kupu-kupu yang jumlahnya tidak sedikit. Bukankah keberadaan kupu-kupu adalah salah satu indikator yang menunjukkan kalau suatu daerah itu masih terjaga kelestariannya. Padahal tidak jauh dari sana terdapat banyak tambang batu bara yang sudah beroperasi dari puluhan tahun lalu.
Tidak jauh dari Goa Tengkorak, terdapat gua wisata alam yang nasibnya sama dengan Goa Tengkorak, sepi pengunjung. Hampir sama sekali tidak ada pengunjung saat kami tiba di sana. Jangankan pengunjung, penjaganya pun tidak ada.
Gua kali ini lebih mirip dengan gua karst yang waktu itu kukunjugi di Tapin. Dari penjelasan ahli speleologi, salah satu ciri bahwa daerah itu termasuk kawasan Karst adalah adanya gua. Ya…kini aku yakin seyakin-yakinnya kalau ini adalah kawasan karst, wilayah yang manfaatnya sangat besar bagi kehidupan orang banyak salah satunya adalah sebagai penyimpanan cadangan air bersih. Akan tetapi bahaya besar sedang menantinya, tambang yang ada di sekelilingnya.
Nb: Sedikit tips kalau ingin berkunjung ke Batu Kajang, jangan lupa bawa lotion anti nyamuk.

Yeee.. Seru yah...
BalasHapussip infonya...sy juga sering melewati batu kajang
BalasHapusJika ada situs yang terbaik kenapa pilih yang lain? mari bergabung bersama kami di intanqq ^^
BalasHapus7 game dalam 1 ID
Game yang di sediakan oleh intanqq:
* Sakong (New Game)
* Bandar Poker (New Game)
* BandarQ (Hot Game)
* Poker
* Domino
* Capsa Online
* AduQ
Kelebihan:
* Minimal Depo dan WD Rp 15.000
* Proses dana cepat
* Bonus cashback harian 0,3%
* Bonus extra cashback
* Bonus referal 10% + 10%
* No robot
Kami tunggu kehadirannya ^^
Pin BBM: 2AD20246