Pages

the reading room

We go to library because we love silence – not only for the books

Ingat ketika dalam film AADC, tokoh Rangga yang diperankan oleh Nicholas Saputra sering menyendiri, salah satunya di perpustakaan sambil membaca buku. Atau pernah baca buku Negeri van Oranje? Bagi yang pernah baca pasti tahu tentang bagian dimana Daus sangat menikmati mengerjakan tugas-tugasnya di Perpustakaan Utrech, perpustakaan nomor satu di Belanda ataupun di film Harry Potter, betapa hampir di setiap series selalu ada adegan di perpustakaa Hogwarts. Bukan hanya digunakan untuk tempat membaca, tapi juga sering digunakan sebagai tempat berbincang-bincang.

Ternyata sejak duduk di kelas enam sekolah dasar, aku sudah sering nongkrong di perpustakaan. Aku sudah lupa apa yang membuatku pertama kali mengunjungi ruang buku yang berada tepat di samping kelasku itu. Aku hanya ingat ada dua orang lain lagi yang juga sering mengunjungi tempat itu. Mereka adalah teman kelasku dan salah satu diantara mereka adalah yang memperkenalkanku dengan komik Detektif Conan, komik yang sampai sekarang belum tamat juga padahal aku sudah bekerja dan itu kurang lebih sekitar empat belas tahun lalu.

Seingatku buku-buku yang ada di sana adalah buku-buku lama bahkan sampai ada yang cetakan tahun 60-an, tapi setiap kali ke sana, pasti ada saja buku yang kubaca bajkan bisa sampai kubawa pulang untuk dibaca di rumah.

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, perpustakaan juga menjadi tempat favoritku. Ruang perpustakaannya sangat besar, dua kali ukuran ruang kelasku. Bukan hanya buku-buku yang ada di dalamnya, perpustakaan ini juga digunakan untuk menyimpan alat-alat KIR dan barang-barang hasil kreatifitas siswa di bidang seni. Buku-buku yang disediakan tidak hanya buku pelajaran, tapi ada banyak novel baik itu novel sastra maupun teenlit. Hampir setiap bulan aku menyelesaikan satu novel.

Selain suplai buku dari perpustakaan sekolah, aku juga punya banyak teman yang suka membaca. Dari merekalah, aku meminjam buku bacaan, sambil menunggu buku baru hampir tiap bulan dibeli oleh pengurus perpustakaan dari hasil pengumpulan uang denda peminjaman buku, tidak banyak memang. Selain itu, aku juga belajar menyisihkan uang jajan untuk membeli komik maupun novel. Kebetulan adik-adikku jug mempunyai hobi yang sama denganku, membaca. Kadang kami patungan untuk membeli sebuah buku bacaan terbaru ataupun kami janjian, aku membeli buku yang satu dan dia bertugas untuk membeli buku yang lain.

Sewatu beranjak ke sekolah menengah atas, kebiasaanku untuk nongkrong di perpustakaan semakin intens begitupula  kesukaanku akan buku, semakin bertambah. Ruang perpustakaan di-SMA-ku tidak terlalu besar, bahkan lebih kecil dari ruang kelasku, tetapi sangat mendukung untuk dikunjungi setiap kali jam istirahat tiba ataupun ketika jam pelajaran lagi kosong karena ruang perpustakaan dilengkapi dengan mesin pendingin. Buku-buku yang disediakan juga lumayan menarik. Bukan hanya buku pelajaran, tapi ada buku bacaan lain seperti novel, koran, dan ensiklopedia. 

Hampir semua penjaga perpustakaan dari sekolah dasar sampai SMA, pasti mengenalku dengan baik. Ketika aku ada di perpustakaan dan kebetulan mereka ada keperluan diluar, mereka akan memintaku untuk menggantikan mereka sementara waktu untuk menjaga dan mencatat jika ada siswa yang ingin meminjam ataupun mengembalikan buku.

Saat di perguruan tinggipun, aku juga sering ke perpustakaan, tapi saat itu bukan untuk mencari buku, hanya sekedar menghabiskan waktu sambil menunggu jam perkuliahan selanjutya. Bagian yang ramai hanya di lantai satu.

Aku lebih sering memilih duduk di lantai dua perpustakaan kampusku itu karena terbilang lebih sepi. Itu membuatku lebih nyaman untuk hanya sekedar membaca buku atau mengerjakan tugas dari dosen. Walaupun kadang sesekali terpaksa duduk di lantai satu jika ada tugas yang harus dikerjakan bareng teman-teman kuliah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar