Setelah terombang-ambing di Selat Makassar selama kurang lebih dua jam, akhirnya sampai juga di sebuah pulau kecil di Desa Mattiro Dolangeng, Kec. Liukang Tuppabiring, Kab. Pangkep.
Hmmm....tidak ada yang berubah dari pulau ini, kecuali garis pantai yang sedikit agak maju. Yaaahh, ini bukan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pulau yang hanya dihuni oleh Dg. Abu dan istrinya saja.
Tak ada seorangpun dari kami yang pernah berkunjung ke Pulau Cangke. Jangankan berkunjung, tahu tempat pastinya pun tidak. Bermodalkan info dari internet serta peralatan seadanya, saya dan teman-teman nekat berangkat ke sana.
Satu-satunya akses menuju Pulau Cangke hanyalah dengan menggunakan perahu motor. Jumlah perahu motor yang bersedia mengantar ke sana pun sangat terbatas. Kali ini kami berangkat dari Pelabuhan Paotere, Makassar dengan menumpang di Kapal Motor milik Pak Gafur. Waktu keberangkatannya pun terjadwal, antara pukul 13.00-15.00.
_Sore menjelang pukul 17.00, saya dan 12 orang lainnya tiba di Pulau Cangke. Subhanallah...ternyata Pulau Cangke memang indah. Laut dangkal sekitar pantai yang berwarna biru muda dengan pasir putih yang terhampar mengelilingi pantai. Tetapi tak banyak yang bisa kami lakukan sore itu. Beruntung kami masih sempat menyaksikan sunset dari pulau yang dipenuhi oleh pohon cemara laut tersebut.
_Hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 menit untuk mengelilingi pulau ini. Bukan karena saya yang jalannya terlalu cepat, tapi memang karena pulaunya yang kecil. Terdapat 3 buah rumah kayu dan 5 buah gazebo...
Dan sekarang waktunya saya memperkenalkan orang yang berjasa dibalik keindahan Pulau Cangke saat ini. Namanya Daeng Abu, sang penjaga pulau. Sudah genap 30 tahun pengabdiannya di pulau ini. Bersama sang istri, ia menjaga kelestarian lingkungan di sekitar pulau dari nelayan-nelayan nakal yang biasa singgah menangkap ikan dengan menggunakan bom atau semacamnya. Bukan hanya itu, dia jugalah yang menanam pohon-pohon cemara laut yang tumbuh di pulau cangke, sehingga saat ini kita dapat menyaksikan kehijauan pulau ini dari pulau-pulau di sekitarnya (red: pulau palla, etc)
Tak ada listrik, tak ada air tawar...itulah kendala utama di pulau ini. Akan tetapi, Dg. Abu dan istrinya bisa bertahan hidup sampai saat ini.
#Dan Allah tidak akan pernah menguji hambanya di luar batas kemampuannya#


Tidak ada komentar:
Posting Komentar